Date: 09-05-2024 Digital Publication Services : JABM | JAM | ABMR | ABMCS | BLOG

Undergraduate Thesis

EFEKTIVITAS ANGGARAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PERUSAHAAN ROKOK GUDANG SORGUM MALANG

Thesis Detail
Author LIA LINATA
Student's ID (NPK) A.2002.1.27385 (AKUNTANSI)
Subject ANGGARAN
Keyword EFEKTIVITAS ANGGARAN,ALAT PERENCANAAN,BAHAN BAKU,ROKOK
Page(s) 117
Submit Date 06-03-2007
Lecture(s) -
-
-
Download PDF

Akses/Download file PDF hanya bisa dilakukan di R. Referensi, Gedung Perpustakaan lantai 2

Abstract

ABSTRAKSI Penggunaan bahan baku yang efektif dan efisien akan meningkatkan efektivitas produksi dan efisiensi biaya produksi. Kesalahan dalam pengelolaan bahan baku dapat menimbulkan kerugian, seperti persediaan bahan baku yang berlebihan dan tidak sesuai dengan kebutuhan produksi, meningkatkan biaya pemeliharaan dan biaya investasi bahan baku. Untuk bahan baku yang tidak tahan lama, akan mengakibatkan kerusakan. Disisi lain kekurangan bahan baku juga akan mengganggu jalannya proses produksi, sehingga banyak karyawan yang menganggur, dan tidak terpenuhinya permintaan pasar. Menghindari hal tersebut, maka perlunya anggaran bahan baku, sebagai alat perencanaan dan pengendalian bahan baku bagi perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penetapan anggaran bahan baku perusahaan, apakah sudah dibuat dan dikendalikan dengan baik dan untuk mengetahui bagaimana menyusun suatu anggaran bahan baku yang efektif, sehingga dapat digunakan sebgai alat perencanaan dan pengendalian bahan baku. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus (case and field study), yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti serta interaksinya dengan lingkungan. Alasan digunakan studi kasus karena dalam penelitian ini akan dicari penyelesaian permasalahan perusahaan dalam perencanaan dan pengendalian bahan baku, sehingga tercapai efektivitas bahan baku. Peubah yang diteliti adalah anggaran bahan baku yang meliputi anggaran kebutuhan bahan baku, anggaran pembelian bahan baku, anggaran persediaan bahan baku, anggaran biaya bahan baku dan pengendalian bahan baku. Metode analisis yang digunakan bersifat diskriptif dan kuantitatif, melalui penjabaran tahapan perencanaan bahan baku. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) Dari analisis kebutuhan bahan baku menunjukkan kebutuhan tembakau Madura untuk tahun 2006 sebesar 57.438,662 kg, tembakau Bojonegoro 36.634,948 kg, dan tembakau Tumenggung sebesar 20.803,715 kg. kebutuhan cengkeh sebesar 64.032,355 kg dan kebutuhan bahan saos sebesar 10.942,032 kg. (2) Dari analisis EOQ yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemesanan ekonomis untuk tembakau Madura dilakukan 6,24 kali atau 1 bulan 38 hari sekali, setiap kali pemesanan sebesar 9.195,67 kg, tembakau Bojonegoro sebesar 5,59 kali atau 2 bulan 5 hari sekali, sebanyak 6.547,00 kg setiap kali pemesanan, tembakau Tumenggung sebesar 5,29 kali atau 2 bulan 8 hari, setiap kali pemesanan sebesar 3.927,40 kg, cengkeh sebanyak 10,51 kali atau 1 bulan 4 hari, setiap kali pemesanan sebesar 6.091,04 kg dan saos sebanyak 6,53 kali atau 1 bulan 25 hari setiap kali pemesanan sebesar 1.673,11 kg. (3) Dari analisis reorder point yang merupakan perhitungan minimal bahan baku jika dilihat dari lead time (waktu tunggu) saat terjadi pemesanan bahan baku, maka dapat diketahui bahwa reorder point untuk tembakau Madura sebesar 11.598,19 kg, tembakau Bojonegoro sebesar 7.397,44 kg, tembakau 3.500,63 kg, cengkeh sebesar 21.549,35 kg dan saos sebesar 2.209,45 kg. (4) Dari analisis safety stock untuk tembakau Madura sebesar 3.866,06 kg, tembakau Bojonegoro sebesar 2.465,81 kg, tembakau Tumenggung sebesar 1.166,88 kg, cengkeh sebesar 7.183,12 kg dan saos sebesar 736,15 kg. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa penetapan anggaran bahan baku Perusahaan Rokok Gudang Sorgum selama in belum dibuat dan dikendalikan dengan baik, yang ditunjukkan dengan analisis selisih perusahaan menunjukkan selisih yang merugikan, dimana kerugian tersebut dikarenakan lebih tingginya harga bahan baku maupun kuantitas bahan baku yang digunakan dari anggaran (kebijakan) yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan selama ini belum melakukan pengendalian bahan baku secara efektif, sebagai akibat belum dilakukannya perencanaan. Perusahaan juga belum menerapkan safety stock dengan anggapan supplier yang dimiliki perusahaan cukup banyak, dan bahan baku mud

 

3.138.122.4